Kehidupan masing-masing

 Aku duduk di lantai sambil memandang orang-orang dewasa yang sedang bergabung di ruangan yang cukup luas ini. Apa yang mereka lakukan? Berdiskusi? Aku juga tidak mengerti, dan aku tak peduli. 

Ada saat nya aku ingin bicara atau menanyakan sesuatu agar ditanggapi oleh para manusia itu. Namun, aku tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Aku tetap melaksanakan segala hal dengan bantuan diriku sendiri. Syukurlah jika ada yang hendak memberi pertolongan kepada ku. 

Entah kemana tujuanku, saat aku berkeliling mengamati dunia, aku melihat banyak interaksi, di atas maupun di bawah pandanganku. Baik manusia yang sedang berjual beli di pasar, ataupun semut-semut kecil di bawah ku yang sedang bergotong royong. 


Aku seringkali berkunjung ke tempat ini. Tempat yang penuh keramaian anak-anak dan orang dewasa. Mereka berkeliaran dengan tujuannya masing-masing, tetapi mereka tetap berkumpul dan saling bersilaturrahim. Tempat ini sangat damai. Aku pernah memasuki salah satu ruangan di tempat yang luas ini. Di sana terdapat banyak kursi dan meja.

Saat aku memasuki ruangan yang disebut kelas itu, aku melihat banyak murid yang sedang menyimak omongan seorang guru di depan mereka. Sebagian sedang menuliskan sesuatu di dalam buku. Sepertinya mereka sedang belajar. Beberapa dari mereka mengalihkan perhatiannya kepadaku dan seolah memanggilku dengan tangan yang diturunkan agar sejajar dengan pandanganku. Aku menghampiri mereka. Mungkin saja mereka akan memberiku makanan. 


Aku sering berpikir. Mengapa mereka melakukan itu? Bukan soal mengapa mereka suka memanggilku, tetapi soal mengapa mereka pergi ke sekolah dan belajar? Buat apa belajar? Apakah aku juga bisa mendapat edukasi seperti mereka? Tetapi, tujuanku hanya untuk bertahan hidup, bukan untuk menjadi dokter hewan atau yang lain.

Pastinya mereka mempunyai tujuan. Jika tidak, lantas mengapa mereka berlelah-lelah pergi ke sekolah? Entahlah. Mereka punya tujuannya masing-masing dan itu bukan urusanku. Aku juga punya tujuanku sendiri, tujuan untuk mencari makan untuk hari ini. Tetapi meski aku harus selalu berkeliling mencari makanan tiap hari, aku tetap menikmati perjalananku serta keindahan alam di sini.


Aku yakin semua sibuk dengan urusannya sendiri. Sekalinya manusia peduli tentang kehidupan orang lain, beberapa saat kemudian ia pasti akan melupakannya dan kembali memikirkan kehidupan dirinya. Namun, siapa yang peduli dengan sudut pandang seekor kucing liar seperti ku? Mungkin ada, tetapi aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan tentang ku. Aku tetap akan menjalani hidupku sesuai keinginanku.


literasi IMK, 16 januari 2022

Comments

  1. NEKOO KEREN BANGETT YA ALLAH PAKE SUDUT PANDANG SI KUCING😻, KREATIP SEKALI MAASYAA ALLAH πŸ˜­πŸ‘πŸ»

    ReplyDelete
    Replies
    1. AAAA ALHAMDULILLAHHH XIXIXIXI MAKASIII MUNEEEEKKK AHAHHAHA πŸ˜©πŸ˜©πŸ’žπŸ’žπŸ’˜πŸ’˜✨✨☁️☁️☁️

      Delete
  2. Masya Allah keren banget nekooo 😻😻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah MAKASII ECAKKKπŸ˜­πŸ˜­πŸ™

      Delete
  3. NEKO KEREN SEKALI πŸ˜ΏπŸ˜ΏπŸ’—πŸ’—

    ReplyDelete
    Replies
    1. MAKASI NELAAAKKK😒😒☁️✨✨✨πŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’˜πŸ’˜πŸ’˜πŸ’˜

      Delete
  4. ka naqqiya...siswa yang selalu memberikan inspirasi...semangat ya kaka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah makasii ustazahhhπŸ’˜‼️πŸ™

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dunia Literasi

Mindset Positif

Sudut Pandang.